Di umur yang masih muda Fauzul Amri MA, bekerja sebagai CPNS Dosen Mata Kuliah Bahasa dan Sastra Arab di STAIN Madina bisa dikatakan produktif. Pemuda kelahiran Kabupaten Solok Sumatera Barat sekitar 28 tahun yang lalu ini memang produktif. Ia mampu menghasilkan 5 Buku Berbahasa arab. Buku yang laris terjual 250 eksemplar berjudul: Durrah Al-Nahwi Li Raghib Al-Ilmi (Mutiara Ilmu Nahu Untuk Para Pecinta Ilmu). Kelebihan kitab ini ditulis menggunakan peta konsep dan contoh-contoh dari Alquran. Diterbitkan oleh CV Jasa Surya, dengan isi 302 Halaman. Tidak berhenti sampai disitu, cendikiawan muda ini menulis buku yang kedua dengan berjudul ”Assulamu Al-Lami’u lifahmil Jami’ (Tangga Yang Berkilau Untuk Memahami Kitab Jami’ Durus). Buku ini menjelaskan ringkasan dari kitab Jami’udhurus yang berisi tentang nahu sharaf sebanyak 72 Halaman, dan Buku ini baru terjual 50 eksemplar.
Anak bungsu dari tujuh bersaudara ini terus berkarya dengan menulis beberapa kamus Bahasa Arab Tematik berjudul “Miftahul Kalam”. Kamus ini memuat kosa kata secara tematik terkait dengan kehidupan sehari-hari. Buku yang berisi 93 Halaman terjual sebanyak 30 eksemplar. Ada lagi kamus saku Al-‘Arabiyah Baina Yadaik (Bahasa Arab Itu Didepanmu). Kamus ini merupakan kumpulan kosa kata yang ada dalam kitab Al-Arabiyah Baina Yadaik: Buku yang terdiri dari III Jilid berisi sebanyak 600 halaman, dan sudah terjual 200 eksemplar. Belakangan pemuda yang akan mengakhiri masa lajangnya dalam waktu dekat ini membuat diktat pembelajaran bahasa arab untuk mahasiswa di fakultas tarbiyah dengan judul: “Al’Arabiyah Littarbiyah” diktat ini berisi tentang teks-teks pendidikan juga dilengkapi dengan beberapa latihan dan kaidah praktis. Diktat ini laris manis terjual sebanyak 300 Eksampler dengan isi 76 halaman.
Fauzul Amri MA yang alumni dari UIN Imam Bonjol dengan jurusan Pendidikan Bahasa Arab linier dengan jurusan magisternya. Ia bertujuan memproduksi bukunya agar bermanfaat bagi orang lain, agar ketika diakhirat nanti terus mengalir pahala dari amalannya saat buku ini digunakan. Saat masih menjadi mahasiswa ia pernah mendapatkan beasiswa DIPA. Begitu juga saat kuliah pascasarjana menyambil menjadi mentor di bimbingan belajar bahasa arab di Padang. Pemuda yang ingin seperti Buya Hamka ini punya motto hidup agar selalu bermanfaat bagi orang lain.