Panyabungan – Jumat, 11 Juli 2025. Program Studi Manajemen Dakwah bersama Himpunan Mahasiswa Program Studi (HMPS) Manajemen Dakwah sukses menyelenggarakan seminar internasional bertajuk "Green Dakwah: Peran Dakwah dalam Menjawab Krisis Iklim Global." Seminar ini menghadirkan tiga narasumber terkemuka: Muslihun Nasir, Lc., M.A., akademisi dari Universitas Malaya; Prof. Dr. Ansari Yamamah, M.A., Guru Besar dari UIN Sumatera Utara Medan; serta Dr. Canra Jaya Kirana, dari Majelis Ulama Indonesia (MUI) Pusat sekaligus dosen di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Kegiatan yang berlangsung pada Rabu (9/7) ini merupakan hasil kerja sama dan inisiatif kolektif civitas akademika, dengan Susanti Hasibuan, MA sebagai Ketua Panitia, dan Elismayanti Rambe, MA sebagai Sekretaris kegiatan.
Dalam sambutannya, Ketua Prodi Manajemen Dakwah STAIN Madina, Dr. Datuk Imam Marzuki, M.A, menyampaikan bahwa seminar ini merupakan hasil dari diskusi internal tim Program Studi sebagai bentuk respon terhadap tantangan global. Menurutnya, dakwah tidak cukup dimaknai hanya sebagai penyampaian pesan-pesan kebaikan, melainkan harus dilihat dalam perspektif yang lebih luas dan menyeluruh.Ia merujuk pada firman Allah dalam QS. An-Nahl:125 yang menyebutkan bahwa dakwah dilakukan dengan hikmah. Kata hikmah sendiri, menurut beliau, dapat dimaknai sebagai kebijaksanaan maupun kebijakan. Artinya, dakwah dapat diterjemahkan dalam bentuk tindakan nyata, termasuk dalam pengelolaan dan pelestarian lingkungan hidup. Lebih lanjut, beliau menekankan pentingnya kepedulian terhadap lingkungan dalam kerangka ekoteologi Islam. Sebagai contoh, ia menyebutkan kebijakan Kementerian Agama yang telah mewajibkan para PPPK yang lulus pada tahun 2024 untuk menanam pohon di sekitar kantor tempat mereka bertugas, sebagai wujud nyata komitmen terhadap pelestarian lingkungan.
Sementara itu, Ketua HMPS Manajemen Dakwah, Khoirun Rambe, dalam sambutannya menyampaikan bahwa kegiatan ini diharapkan dapat memberikan kontribusi positif bagi daerah Mandailing Natal, yang secara geografis dikelilingi oleh pegunungan dan kaya akan sumber daya alam, seperti bijih emas dan lainnya.Ia menekankan pentingnya pengelolaan sumber daya tersebut secara bijak dan berakhlak terhadap lingkungan. Menurutnya, seminar ini dapat menjadi masukan bagi pemerintah dan masyarakat agar aktivitas pertambangan dilakukan dengan tetap menjaga keseimbangan alam. Hal ini penting guna mencegah terjadinya bencana yang disebabkan oleh kerusakan lingkungan akibat eksploitasi yang tidak terkendali.
Pemateri Prof. Dr. Ansari Yamamah mengangkat tema “Tanggung Jawab Ilmiah dan Spiritual: Dakwah Ecotheology sebagai Solusi Krisis Lingkungan di Indonesia.” Dalam pemaparannya, beliau menyoroti kerusakan lingkungan dalam skala luas yang diakibatkan oleh aktivitas manusia. Salah satu istilah yang relevan dalam konteks ini adalah ekosida, yaitu tindakan perusakan atau penghancuran lingkungan secara besar-besaran yang dilakukan secara sadar, dengan dampak yang serius, meluas, dan berkelanjutan. Konsep ekosida ini menekankan adanya kehancuran ekosistem secara sistematis, yang tidak hanya merusak fungsi ekologis, tetapi juga memberi dampak besar terhadap aspek sosial dan budaya masyarakat.
Pemateri selanjutnya, Muslihun Nasir, Lc., M.A., dari Malaysia, menyampaikan pandangannya mengenai perbandingan kepedulian lingkungan antara masyarakat Indonesia dan Malaysia. Ia mencontohkan bagaimana masyarakat Malaysia menjaga kebersihan sungai sehingga tampak bersih dan sedap dipandang mata. Sebaliknya, ketika berkunjung ke Kota Medan, ia menyaksikan kondisi sungai yang menghitam dan terlihat tidak terawat, mencerminkan kurangnya perhatian dari masyarakat maupun pemerintah daerah setempat. Fenomena ini, menurutnya, menunjukkan bahwa dakwah selama ini masih banyak bersifat verbal (bil lisan), belum menyentuh aspek penting seperti kepedulian terhadap lingkungan—yang seharusnya menjadi bagian dari green dakwah.
Dr. Canra Jaya Kirana, M.A., turut menyampaikan materi dengan tema Green Collabs, sebuah inisiatif kolaboratif yang menekankan pentingnya keberlanjutan dan ekonomi hijau. Dalam paparannya, ia menyoroti pentingnya kebijakan ramah lingkungan, seperti pengurangan penggunaan plastik, pengelolaan sampah yang efektif, serta pemanfaatan energi bersih. Ia juga menegaskan bahwa pendidikan lingkungan telah mulai terintegrasi dalam kurikulum dan kegiatan penelitian.
Lebih jauh, Dr. Canra menjelaskan bahwa gaya hidup ramah lingkungan sejalan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan tanggung jawab dalam menjaga alam, menjauhi sikap boros, serta mengedepankan hidup sederhana. Melalui upaya mengurangi limbah, menghemat energi, dan memanfaatkan sumber daya secara bijak, setiap individu tidak hanya berkontribusi pada pelestarian lingkungan, tetapi juga menghidupkan prinsip hidup Islami yang bermakna, positif, dan berorientasi pada kebaikan semesta.
Ayo semangat! STAIN Madina menuju IAIN. (Tim Humas)